Sunday, August 23, 2009

Hikmah Puasa Ramadhan

HIKMAH PUASA RAMADHAN
Oleh Ustaz Syed Hasan Alatas

Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu,supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (S.al-Baqarah:183)

PUASA menurut syariat ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari,dengan disertai niat ibadah kepada Allah,karena mengharapkan redho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan Taqwa kepada-Nya.

RAMAHDAH bulan yang banyak mengandung Hikmah didalamnya.Alangkah gembiranya hati mereka yang beriman dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bukan sahaja telah diarahkan menunaikan Ibadah selama sebulan penuh dengan balasan pahala yang berlipat ganda,malah dibulan Ramadhan Allah telah menurunkan kitab suci al-Quranulkarim,yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia dan untuk membedakan yang benar dengan yang salah.

Puasa Ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terthindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri, dsb.

Meskipun makanan dan minuman itu halal, kita mengawal diri kita untuk tidak makan dan minum dari semenjak fajar hingga terbenamnya matahari,karena mematuhi perintah Allah.Walaupun isteri kita sendiri, kita tidak mencampurinya diketika masa berpuasa demi mematuhi perintah Allah s.w.t.

Ayat puasa itu dimulai dengan firman Allah:”Wahai orang-orang yang beriman” dan disudahi dengan:” Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa.”Jadi jelaslah bagi kita puasa Ramadhan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.Untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah kita diberi kesempatan selama sebulan Ramadhan,melatih diri kita,menahan hawa nafsu kita dari makan dan minum,mencampuri isteri,menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia,seperti berkata bohong, membuat fitnah dan tipu daya, merasa dengki dan khianat, memecah belah persatuan ummat, dan berbagai perbuatan jahat lainnya.Rasullah s.a.w.bersabda:

Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor.
(H.R.Ibnu Khuzaimah)

Beruntunglah mereka yang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan, karena puasa itu bukan sahaja dapat membersihkan Rohani manusia juga akan membersihkan Jasmani manusia itu sendiri, puasa sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita senantiasa digunakan, boleh dikatakan alat-alat itu tidak berehat selama 24 jam. Alhamdulillah dengan berpuasa kita dapat merehatkan alat pencernaan kita lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih teratur dan berkesan.

Perlu diingat ibadah puasa Ramadhan akan membawa faaedah bagi kesehatan rohani dan jasmani kita bila ditunaikan mengikut panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia sahaja.

Allah berfirman yang maksudnya:
Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (s.al-A’raf:31)

Nabi s.a.w.juga bersabda:
“Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang.”

Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa muzarat kepada kesehatan kita. Boleh menyebabkan badan menjadi gemuk, dengan mengakibatkan kepada sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika berbuka, mudah-mudahan Puasa dibulan Ramadhan akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insy Allah kita akan bertemu kembali.

Allah berfirman yang maksudnya: “Pada bulan Ramadhan diturunkan al-Quran
pimpinan untuk manusia dan penjelasan keterangan dari pimpinan kebenaran
itu, dan yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan. Barangsiapa menyaksikan (bulan) Ramadhan, hendaklah ia mengerjakan puasa."
(s.al-Baqarah:185)

Puasa Yang Sia-Sia

Puasa Yang Sia-Sia

Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga
[HR. Ahmad].

Hadis ini memberikan gambaran kepada kita untuk sentiasa berwaspada dengan apa yang akan kita lakukan. Ini kerana, puasa tidak hanya diwajibkan untuk menahan dari makan dan minum, tetapi juga menahan mata dari memandang yang dilarang, menahan telinga dari mendengar yang buruk, dan menahan mulut dari bicara kotor dan mengumpat. Juga menjaga tangan dari berbuat maksiat, menjaga kaki dari melangkah ke tempat yang dilarang.

Di malam bulan Ramadhan, Islam memotivasi umatnya untuk mengerjakan amalan sunnah; Solat tarawih dan tadarus al-Quran. Dorongan untuk melaksanakan solat sunnah harus dipahami bahwa solat wajib harus lebih giat lagi untuk dilakukan. Kerana tidak ada solat sunnah bagi yang tidak pernah shalat wajib. Sungguh sangat aneh bila kita giat melaksanakan solat sunnah, sementara solat wajib dilalaikan atau bahkan ditinggalkan.

Ini terjadi kerana umat Islam kerapkali terjebak dalam ritualisme ibadah. Artinya, umat Islam ketika melaksanakan ibadah hanya untuk memenuhi kewajiban semata, tanpa memperhatikan makna dari setiap bacaan yang ia ucapkan atau gerakan yang ia lakukan dalam ibadahnya itu. Akibatnya, ibadah yang seharusnya memberi pengaruh terhadap perilaku, menjadi gerakan atau ucapan yang kosong tanpa makna.

Maka sungguh sangat disayangkan jika di antara kita banyak yang kuat menahan diri dari rasa lapar dan dahaga, sementara tak mampu untuk menahan godaan hawa nafsu. Mulut kita bisa bertahan dari makanan atau minuman, tetapi tidak bisa menahan dari mengumpat dan bicara kotor. Puasanya memang tidak batal, tetapi esensi dari ibadah shaum yang mengajarkan untuk semakin meningkatkan ketakwaan kita, menjadi tidak bermakna. Puasa kita menjadi sia-sia. Sebab tak mendapatkan apa-apa (pahala), kecuali hanya rasa lapar dan haus.

Tiada yang lebih mulia dari pada bulan suci Ramadhan. Maka sungguh sangat merugi bila kita termasuk orang yang mensia-siakan puasa Ramadhan. Sebuah kata hikmah pernah tersimpulkan, bahwa; “Terkadang kita baru merasakan nikmatnya suatu nikmat yang diberikan Allah ketika nikmat itu telah pergi dan berlalu dari kita”. Semoga kita tidak termasuk orang rugi dengan mensiakan bulan Ramadhan ini.
Amin ya rabbal álamin.


Saturday, August 22, 2009

Soal Jawab berkaitan dengan Puasa

Soalan 1:
Apakah hukum menggosok gigi di bulan puasa

Jawapan:
Hukumnya sunat dia menggosok gigi sebelum gelincir matahari dan makruh selepas gelincir matahari.

-------------------------------------
Soalan 2 :
Adakah batal puasa termuntah dengan sebab menggosok gigi

Jawapan :
Tidak batal kecuali mereka yang biasanya muntah apabila mengggosok gigi dan sengaja dia meggosoknya.

-------------------------------------
Soalan 3 :
Adakah sah puasa seseorang, ketika sedang bersahur terdengar azan subuh berkumandang?

Jawapan :
Sah puasanya, dan hendaklah berhenti makan serta merta dan terus membuang sisa makanan yang berada di dalam mulutnya.

Tazkirah Ramadhan 4

Dari Abu Hurairah RA bahawa Nabi SAW bersabda: 'Di dalam bulan Ramadhan umatku diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada umat-umat sebelumnya:

  1. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi.
  2. Para malaikat selalu memintakan keampunan untuk mereka hingga mereka berbuka.
  3. Setiap hari Allah menghias syurga-Nya sambil berkata, 'Hamba-hamba-Ku yang soleh ingin melepas beban dan penderitaannya dan mereka rindu untuk memasukimu.'
  4. Pada bulan ini diikat syaitan-syaitan yang derhaka sehingga mereka tidak berleluasa mencapai apa yang dapat dicapainya pada bulan lain.
  5. Mereka diampuni oleh Allah SWT pada malam yang terakhir dari bulan itu. Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah itu malam Lailatul Qadar?' Beliau menjawab, 'Tidak, karena orang yang bekerja itu akan dipenuhi upahnya apabila sudah menyelesaikan pekerjaannya.' (H.R Ahmad)

Niat Puasa Ramadhan


Niat Puasa Ramadhan
Waktu berniat puasa Ramadhan itu ialah setelah terbenam matahari dan sebelum terbit fajar shadiq. Jika niat itu dilakukan setelah terbit fajar atau sebaya dengan terbit fajar puasa adalah tidak sah.

Lafaz niat untuk sebulan puasa
Sahaja aku berpuasa keseluruhan bulan Ramadhan kerana Allah Ta”ala

Lafaz niat puasa (harian)
Sahaja aku berpuasa esok hari menunaikan Fardhu Ramadhan tahun ini kerana Alalh Ta’ala

Doa Berbuka Puasa
Ya Allah bagi Engkau aku berpuasa dan dengan Engkau beriman aku dengan rezeki Engkau aku berbuka dengan rahmat Engkau wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Doa Selepas Berbuka Puasa
Ya Allah! Kerana Engkau aku berbuka puasa dan kepada Engkau aku beriman dan atas rezeki dari Engkau aku berbuka puasa telah hilang dahaga sudah menjadi basah segala urat. Ya Allah! Aku minta diampuni dosaku dengan rahmat Engkau yang meliputi segala sesuatu.



Malam Lailatul Qadar

Keutamaannya sangat besar, kerana malam ini menyaksikan turunnya Al-Qur'an Al-Karim, yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya ke jalan kemuliaan dan mengangkatnya ke darjat yang mulia dan abadi. Umat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda tertentu untuk memperingati malam ini, akan tetapi mereka berlumba-lumba untuk bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Keutamaan Malam Lailatul Qadar
Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya:
"Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Alloh Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar" (QS: Al-Qadar: 1-5)

Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, yang artinya:
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS: Ad-Dukhan: 3-6)

Waktunya
Diriwayatkan dari Nabi ShallAllahu 'alaihi wa sallam bahwa malam tersebut terjadi pada tanggal malam 21,23,25,27,29 dan akhir malam bulan Ramadhan.

Imam Syafi'i berkata: "Menurut pemahamanku. wAllahu 'alam, Nabi ShallAllahu 'alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau:
"Apakah kami mencarinya di malam ini?",
beliau menjawab :
"Carilah di malam tersebut" (Sebagaimana dinukil Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/386)

Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada malam terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah RadhiyAllohu 'anha, dia berkata Rasulullah ShallAllohu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, yang artinya:
"Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Romadhon" (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, kerana riwayat dari Ibnu Umar, (dia berkata): Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang ertinya:
"Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya" (HR: Bukhari 4/221 dan Muslim 1165)

Ini menafsirkan sabdanya, yang ertinya:
"Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, barangsiapa yang mencarinya carilah pada tujuh hari terakhir"

Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada kerana perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit RadhiyAllahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam ke luar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda, yang artinya:
"Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar, tapi ada dua orang berdebat hingga tidak bisa lagi diketahui kapannya; mungkin ini lebih baik bagi kalian, carilah di malam 29. 27. 25 (dan dalam riwayat lain : tujuh, sembilan dan lima)" (HR: Bukhari 4/232)

Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan, di malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan dari pada yang umum, dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Romadhon, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah, dengan ini sesuailah hadits-hadits tersebut tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisah.

Kesimpulannya
Jika seorang muslim mencari malam lailatul Qadar carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir : 21, 23,25,27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25,27 dan 29. WAllahu 'alam

Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar.?
Sesungguhnya malam yang diberkati ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala-Nya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu.

Rasululloh ShallAllohu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
"Barang siapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Alloh, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR: Bukhari 4/217 dan Muslim 759).

Disunnahkan untuk memperbanyak do'a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RadhiyAllahu 'anha, (dia) berkata :
"Aku bertanya, "Ya Rasulullah ! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?" Beliau menjawab, "Ucapkanlah: "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul afwa fa'fu'annii" "Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku" Saudaraku -semoga Alloh memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaati-Nya- engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan shalat) pada sepuluh malam terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada isterimu dan keluargamu untuk itu, perbanyaklah perbuatan ketaatan.

Dari Aisyah RadhiyAllohu 'anha, yang artinya:
"Adalah Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam, apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencanngkan kainnya menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya" [Hadits Riwayat Bukhari 4/233 dan Muslim 1174]

Juga dari Aisyah, (dia berkata) : "Artinya :
Adalah Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya" (HR: Muslim 1174)

Tanda-Tandanya
Ketahuilah hamba yang taat -mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala menguatkanmu dengan ruh dari-Nya dan membantu dengan pertolongan-Nya- sesungguhnya Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.

Dari 'Ubay RadhiyAllahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
"Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi" (HR: Muslim 762)

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda, yang artinya:
"Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah"

Dan dari Ibnu Abbas RadhiyAllahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
"(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan" [Tahayalisi 349, Ibnu Khuzaimah 3/231, Bazzar 1/486, sanadnya Hasan]



Fadhilat Solat Tarawikh

Fadhilat Solat Tarawikh

Malam Pertama.
Dosa seseorang itu keluar seperti ia baru di lahirkan oleh ibunya.

Malam ke 2.
Dosanya diampuni begitu juga dosa kedua ibu bapanya jika keduanya itu orang Mukmin.

Malam ke 3.
Dipanggil oleh Malaikat dari bawah Arasy dengan seruan; Mulailah kamu beramal sebab Allah telah mengampuni dosa kamu yang telah lalu.

Malam ke 4.
Diberi pahala yang sama dengan pahala orang yang membaca Kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al-Quran.

Malam ke 5.
Diberi pahala seperti orang yang melakukan sembahyang di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al-Aqsa.

Malam ke 6.
Diberi pahala seperti pahala orang yang Tawaf di Baitullah dan segala batu-batu dan pasir turut sama memohonkan ampun baginya.

Malam ke 7.
Seperti orang yang hidup pada zaman Nabi Musa dan membantunya hingga dapat mengalahkan Fir'aun dan Haman.

Malam ke 8.
Diberikan oleh Allah segala apa yang pernah diberikan kepada Nabi Ibrahim.

Malam ke 9.
Seperti pahala beribadah kepada Allah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad (s.a.w).

Malam ke 10.
Dikurniakan oleh Allah kebaikan dunia dan akhirat.

Malam ke 11.
Keluar dari dunia seperti pada hari pertama ia dilahirkan dari kandungan ibunya - yakni bersih dari dosa.

Malam ke 12.
Datang di hari Kiamat dengan keadaan mukanya bercahaya dan bersinar bagaikan malam bulan purnama.

Malam ke 13.
Datang di hari Kiamat dengan keadaan aman dari segala kejahatan.

Malam ke 14.
Disaksikan oleh para Malaikat, kalau dia telah melaksanakan Solat Tarawih, maka pada hari Kiamat ia akan dibebaskan oleh Allah dari segala kemudaratan.

Malam ke 15.
Diminta ampun oleh para Malaikat oleh Malaikat yang memikul Arasy dan Qursy.

Malam ke 16.
Dibebaskan dari api Neraka dan dapat memasuki Syurga.

Malam ke 17.
Diberi pahala seperti pahala para Nabi.

Malam ke 18.
Diseru oleh para Malaikat, wahai Hamba Allah, bahawasanya Allah telah redha kepadamu dan kepada orang tua kamu.

Malam ke 19.
Diangkat darjatnya ke dalam Syurga Firdaus.

Malam ke 20.
Diberi pahala para Syuhada dan para Solehin.

Malam ke 21.
Dibina rumahnya dari Nur di dalam Syurga.

Malam ke 22.
Di hari Kiamat ia akan datang dengan aman dari segala kesusahan dan dugaan.

Malam ke 23.
Dibangunkan sebuah kota untuknya di Syurga.

Malam ke 24.
Diberi pahala berupakan 24 permohonan Doa yang dimakbulkan Allah.

Malam ke 25.
Dihapuskan dari seksa dan azab kubur.

Malam ke 26.
Pahalanya diangkat selama 40 tahun.

Malam ke 27.
Sewaktu melintasi Titian Siratulmustaqim pada hari Akhirat nanti ia dapat melintasinya dengan laju bagaikan kilat menyambar.

Malam ke 28.
Allah mengangkatnya dengan Seribu darjat.

Malam ke 29.
Diberi pahala Seribu Haji yang Mabrur.

Malam ke 30.
Dipanggil Allah, Wahai Hambaku, makanlah buah-buahan Syurga dan mandilah dengan Air Salsabil (Air Syurga yang sedap diminum) serta minumlah dari Telaga Kauts.